Diseluruh
dunia, satu wanita meninggal setiap menit akibat komplikasi kehamilan.
Di Negara Berkembang, kematian maternal memang jarang terjadi, namun
diperkirakan sekitar 2/3 pelayanan maternal diberikan dengan layanan
substandard dalam arti bahwa sebagian besar kasus kegawatdaruratan
obstetrik merupakan kasus yang jarang terjadi sehingga ketrampilan staf
junior dalam mengatasi masalah komplikasi kehamilan sangat kurang dan
kasus kegawat daruratan tersebut tidak memperoleh penanganan yang baik.
Yang termasuk kegawatdaruratan obstetrik :
- Perdarahan obstetrik
- Eklampsia
- Emboli paru
- Emboli air ketuban
- Prolapsus talipusat
- Retensio plasenta
- Distosia bahu
- Inversio Uteri
- Ruptura Uteri
PRINSIP PENATALAKSANAAN
Antisipasi dan kesiapsiagaan adalah hal yang amat penting
Peralatan
medis untuk menghadapi kegawatdaruratan harus sudah siap pakai dan
semua staf dapat mengoperasionilkan dengan baik, cepat dan benar.
Ingat :
- Pada kasus obstetri ada 2 jiwa yang harus diselamatkan yaitu Ibu dan Anak
- Dalam situasi kegawatdaruratan maka hitungan detik sangat berharga
- Kepanikan bukan jawaban yang baik
Contoh :
Terhadap
seorang ibu bersalin dengan riwayat HPP, harus dipasang “infuse line” ,
persiapan tranfusi dengan pemeriksaan darah, dikirim ke rumah sakit
rujukan pada saat inpartu awal.
Bila
terdapat resiko DISTOSIA BAHU misalnya terdapat persangkaan bayi besar,
maka kemajuan proses persalinan harus diamati dengan cermat, dilakukan
pemeriksaan gula darah, konsulen senior harus siap di kamar bersalin
saat persalinan.
Harus
diingat bahwa kegawatdaruratan obstetrik dapat menyebabkan maslah
psikologi jangka panjang baik untuk penderita maupun keluarganya. Hal
ini dapat muncul dalam bentuk depresi pasca persalinan, sindroma stres
pasca trauma dan kecemasan untuk hamil lagi. Konsultasi dan penyegaran
pasca pengalaman yang tidak menyenangkan harus saat di rumah sakit
sampai beberapa minggu kemudian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar