1. Latar Belakang
Hipertensi
atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas
normal yaitu 120/80mmHg. Menurut World Health Organization (WHO),
batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari
130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan
hipertensi (batasan tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun).
Penyakit ini disebut sebagai the silent killer karena penyakit
mematikan ini sering sekali tidak menunjukkan gejala atau tersembunyi.
Di Belanda lebih dari satu juta orang menderita tekanan darah tinggi
tetapi yang mengherankan ialah lebih dari separuhnya tidak mengetahui
bahwa mereka adalah penderita tekanan darah tinggi (Dekker, 1996).
Menurut
Lubis (2008), hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer
(esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-10%). Dikatakan
hipertensi primer bila tidak ditemukan penyebab dari peningkatan tekanan
darah tersebut, sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh
penyakit/keadaan seperti penyakit parenkim ginjal, serta akibat obat.
Hipertensi esensil merupakan penyakit multifaktorial yang dipengaruhi
oleh faktor genetik dan lingkungan. Peranan faktor genetik pada etiologi
Universitas Sumatera Utara
hipertensi
didukung oleh penelitian yang membuktikan bahwa hipertensi terjadi di
antara keluarga dekat walaupun dalam lingkungan yang berbeda. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi tekanan darah antara lain obesitas, stress,
peningkatan asupan natrium, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan
lain-lain.
Prevalensi
hipertensi pada penderita dewasa pada tahun 2000 di dunia adalah
sebesar 26,4% dan diperkirakan tahun 2025 akan mencapai 29,2% (Lubis,
2008). Berdasarkan data Lancet, jumlah penderita hipertensi di seluruh
dunia terus meningkat. Di India mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002
dan diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun 2025. Di China, 98,5 juta
orang dan akan meningkat menjadi 151,7 juta orang pada tahun 2025. Di
Asia tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan
diprediksi akan meningkat menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan hipertensi
pada pria 12,2% dan wanita 15,5%. Penyakit sistem sirkulasi dari hasil
SKRT tahun 1992, 1995, dan 2001 selalu menduduki peringkat pertama
dengan prevalensi terus meningkat yaitu 16%, 18,9%, dan 26,4%. Penderita
hipertensi perlu mendapatkan perawatan yang serius dan harus ditangani
dengan cepat karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Salah satu
komplikasinya adalah adanya serangan stroke. Prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari
jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke (Dr.Tjandara
Yoga, 2009, dikutip dari Dinkes Bonebolongo, 2009).
Salah
satu faktor risiko yang penting untuk terjadinya stroke adalah
hipertensi (Kingkinwardaya, 2008). Pengendalian faktor-faktor risiko
stroke seperti hipertensi adalah tindakan yang paling tepat untuk
pencegahan stroke. Di Indonesia angka
Universitas Sumatera Utara
kejadian stroke yang terpapar hipertensi meningkat tiga kali dibandingkan yang tidak terpapar hipertensi (Sa’diyah, 2007).
Indonesia
telah melakukan berbagai upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai
bahaya hipertensi, komplikasi dan cara pengendaliannya. Menurut
Dr.Tjandra Yoga (2009, dikutip dari Dinkes Bonebolongo, 2009), melalui
kegiatan seminar hipertensi dan deteksi dini faktor risikonya ini
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kemandirian masyarakat
dalam pencegahan dan penanggulangan hipertensi dan faktor risikonya,
sehingga sekaligus dapat menurunkan prevalensi faktor risiko dan
prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti stroke dan
penyakit jantung koroner di Indonesia. Upaya pengendalian hipertensi ini
dapat dilakukan penderitanya dengan memonitoring tekanan darah secara
teratur, berhenti merokok, meningkatkan aktivitas fisik, mengkonsumsi
makanan tinggi serat dan rendah garam. Tetapi kenyataan membuktikan
bahwa pengendalian hipertensi tidak semudah yang diperkirakan. Banyak
faktor yang harus diperhatikan baik dari penderita, tenaga kesehatan,
obat-obatan maupun pelayanan kesehatan (Fadilah, 2007).
Peneliti
telah melaksanakan pengamatan awal di Reka Medik RSUP Haji Adam Malik
Medan pada tanggal 7-9 Oktober 2009 dan mendapatkan data jumlah pasien
penderita hipertensi bulan Januari-April 2009. Berdasarkan pengamatan
awal tersebut, jumlah pasien penderita hipertensi primer dan sekunder
yang rawat inap bervariasi tetapi tidak menunjukkan penurunan. Jumlah
pasien hipertensi rawat inap bulan Januari sampai April sebanyak 30
orang. Sedangkan jumlah pasien yang rawat jalan meningkat pada bulan
April sebanyak 53 orang jika dibandingkan dengan bulan Maret sebanyak 7
orang. Jumlah pasien hipertensi rawat jalan dari bulan Januari-April
sebanyak 93 orang.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah pasien stroke juga bervariasi tetapi tidak menunjukkan penurunan. Jumlahnya dari bulan Januari-April adalah 8 orang.
Oleh
karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan pasien
penderita hipertensi terhadap upaya mencegah kejadian stroke di RSUP
Haji Adam Malik Medan. Peneliti ingin melihat apakah ada hubungan
antara pengetahuan pasien penderita hipertensi terhadap upaya mencegah
kejadian stroke.
2. Tujuan Penelitan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien penderita hipertensi
terhadap upaya mencegah kejadian stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan.
2.
Untuk mengetahui upaya mencegah kejadian stroke yang dilakukan oleh
pasien penderita hipertensi di RSUP Haji Adam Malik Medan.
3.
Untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan pasien penderita
hipertensi dengan upaya mencegah kejadian stroke di RSUP Haji Adam Malik
Medan.
3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana tingkat pengetahuan pasien penderita hipertensi terhadap
upaya mencegah kejadian stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan?
2. Apa upaya yang dilakukan pasien penderita hipertensi untuk mencegah kejadian stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan?
3.
Bagaimana hubungan antara pengetahuan pasien penderita hipertensi
dengan upaya mencegah kejadian stroke yang dilakukan oleh pasien
penderita hipertensi di RSUP Haji Adam Malik Medan?
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi rumah sakit, masyarakat/keluarga, dan peneliti selanjutnya.
1. Bagi Instituti Pendidikan
Sebagai
bahan masukan bagi instansi pendidikan dalam upaya penyebaran
informasi mengenai hubungan pengetahuan pasien penderita hipertensi
terhadap upaya mencegah kejadian stroke.
2. Bagi rumah sakit
Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam rangka
meningkatkan upaya pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pada pasien
penderita hipertensi melalui discharge planning kepada pasien
yang sedang dirawat dan keluarganya dan penyuluhan-penyuluhan tentang
komplikasi hipertensi seperti stroke, pencegahan, dan pengobatannya
sehingga akan meningkatkan upaya yang dilakukan pasien penderita
hipertensi dalam mencegah kejadian stroke.
3. Bagi masyarakat
Hasil
penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan keluarga
tentang komplikasi hipertensi seperti stroke sehingga pasien penderita
hipertensi dapat melakukan upaya-upaya untuk mencegah komplikasi
tersebut.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi atau acuan untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.
5. Hipotesa
Hipotesa
dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu terdapat
hubungan antara pengetahuan pasien penderita hipertensi dengan upaya
mencegah kejadian stroke.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar