5.2.8 Prinsip Umum, Penilaian & Penanganan Hipertensi Dalam Obstetric & Pre-Eklampsia/Eklampsia

1. Latar Belakang 
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80mmHg. Menurut World Health Organization (WHO), batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batasan tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun). Penyakit ini disebut sebagai the silent killer karena penyakit mematikan ini sering sekali tidak menunjukkan gejala atau tersembunyi. Di Belanda lebih dari satu juta orang menderita tekanan darah tinggi tetapi yang mengherankan ialah lebih dari separuhnya tidak mengetahui bahwa mereka adalah penderita tekanan darah tinggi (Dekker, 1996).
Menurut Lubis (2008), hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-10%). Dikatakan hipertensi primer bila tidak ditemukan penyebab dari peningkatan tekanan darah tersebut, sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit/keadaan seperti penyakit parenkim ginjal, serta akibat obat. Hipertensi esensil merupakan penyakit multifaktorial yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Peranan faktor genetik pada etiologi
Universitas Sumatera Utara
hipertensi didukung oleh penelitian yang membuktikan bahwa hipertensi terjadi di antara keluarga dekat walaupun dalam lingkungan yang berbeda. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tekanan darah antara lain obesitas, stress, peningkatan asupan natrium, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan lain-lain.
Prevalensi hipertensi pada penderita dewasa pada tahun 2000 di dunia adalah sebesar 26,4% dan diperkirakan tahun 2025 akan mencapai 29,2% (Lubis, 2008). Berdasarkan data Lancet, jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di India mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun 2025. Di China, 98,5 juta orang dan akan meningkat menjadi 151,7 juta orang pada tahun 2025. Di Asia tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan meningkat menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan hipertensi pada pria 12,2% dan wanita 15,5%. Penyakit sistem sirkulasi dari hasil SKRT tahun 1992, 1995, dan 2001 selalu menduduki peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat yaitu 16%, 18,9%, dan 26,4%. Penderita hipertensi perlu mendapatkan perawatan yang serius dan harus ditangani dengan cepat karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Salah satu komplikasinya adalah adanya serangan stroke. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke (Dr.Tjandara Yoga, 2009, dikutip dari Dinkes Bonebolongo, 2009).
Salah satu faktor risiko yang penting untuk terjadinya stroke adalah hipertensi (Kingkinwardaya, 2008). Pengendalian faktor-faktor risiko stroke seperti hipertensi adalah tindakan yang paling tepat untuk pencegahan stroke. Di Indonesia angka
Universitas Sumatera Utara
kejadian stroke yang terpapar hipertensi meningkat tiga kali dibandingkan yang tidak terpapar hipertensi (Sa’diyah, 2007).
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai bahaya hipertensi, komplikasi dan cara pengendaliannya. Menurut Dr.Tjandra Yoga (2009, dikutip dari Dinkes Bonebolongo, 2009), melalui kegiatan seminar hipertensi dan deteksi dini faktor risikonya ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan hipertensi dan faktor risikonya, sehingga sekaligus dapat menurunkan prevalensi faktor risiko dan prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti stroke dan penyakit jantung koroner di Indonesia. Upaya pengendalian hipertensi ini dapat dilakukan penderitanya dengan memonitoring tekanan darah secara teratur, berhenti merokok, meningkatkan aktivitas fisik, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan rendah garam. Tetapi kenyataan membuktikan bahwa pengendalian hipertensi tidak semudah yang diperkirakan. Banyak faktor yang harus diperhatikan baik dari penderita, tenaga kesehatan, obat-obatan maupun pelayanan kesehatan (Fadilah, 2007).
Peneliti telah melaksanakan pengamatan awal di Reka Medik RSUP Haji Adam Malik Medan pada tanggal 7-9 Oktober 2009 dan mendapatkan data jumlah pasien penderita hipertensi bulan Januari-April 2009. Berdasarkan pengamatan awal tersebut, jumlah pasien penderita hipertensi primer dan sekunder yang rawat inap bervariasi tetapi tidak menunjukkan penurunan. Jumlah pasien hipertensi rawat inap bulan Januari sampai April sebanyak 30 orang. Sedangkan jumlah pasien yang rawat jalan meningkat pada bulan April sebanyak 53 orang jika dibandingkan dengan bulan Maret sebanyak 7 orang. Jumlah pasien hipertensi rawat jalan dari bulan Januari-April sebanyak 93 orang.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah pasien stroke juga bervariasi tetapi tidak menunjukkan penurunan. Jumlahnya dari bulan Januari-April adalah 8 orang.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan pasien penderita hipertensi terhadap upaya mencegah kejadian stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan. Peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara pengetahuan pasien penderita hipertensi terhadap upaya mencegah kejadian stroke.
2. Tujuan Penelitan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien penderita hipertensi terhadap upaya mencegah kejadian stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan.
2. Untuk mengetahui upaya mencegah kejadian stroke yang dilakukan oleh pasien penderita hipertensi di RSUP Haji Adam Malik Medan.
3. Untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan pasien penderita hipertensi dengan upaya mencegah kejadian stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat pengetahuan pasien penderita hipertensi terhadap upaya mencegah kejadian stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan?
2. Apa upaya yang dilakukan pasien penderita hipertensi untuk mencegah kejadian stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan?


3. Bagaimana hubungan antara pengetahuan pasien penderita hipertensi dengan upaya mencegah kejadian stroke yang dilakukan oleh pasien penderita hipertensi di RSUP Haji Adam Malik Medan?

4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi rumah sakit, masyarakat/keluarga, dan peneliti selanjutnya.
1. Bagi Instituti Pendidikan

Sebagai bahan masukan bagi instansi pendidikan dalam upaya penyebaran informasi mengenai hubungan pengetahuan pasien penderita hipertensi terhadap upaya mencegah kejadian stroke.
2. Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam rangka meningkatkan upaya pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pada pasien penderita hipertensi melalui discharge planning kepada pasien yang sedang dirawat dan keluarganya dan penyuluhan-penyuluhan tentang komplikasi hipertensi seperti stroke, pencegahan, dan pengobatannya sehingga akan meningkatkan upaya yang dilakukan pasien penderita hipertensi dalam mencegah kejadian stroke.
3. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan keluarga tentang komplikasi hipertensi seperti stroke sehingga pasien penderita hipertensi dapat melakukan upaya-upaya untuk mencegah komplikasi tersebut.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi atau acuan untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.
5. Hipotesa
Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan pasien penderita hipertensi dengan upaya mencegah kejadian stroke.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar