Perawat anestesi harus sehat fisik
dan psikis, memiliki pengetahuan dan keterampilan anestesi yang memadai serta
memiliki kemauan yang kuat untuk meningkatkan kemampuannya. Perawat anestesi
yang bekerja tanpa supervisi dokter spesialis anestesi, misal perawat anestesi
yang bertugas di daerah, harus memiliki sikap mental yang kuat. Dia tidak boleh
gampang gugup dan cepat panik. Sebab tindakan anestesi merupakan tindakan yang berbahaya
dan mengancam jiwa pasien. Apabila perawat anestesi tidak memiliki sikap mental
yang kuat maka dia akan panik dan gugup sehingga prosedur tindakan penyelamatan
pasien tidak dapat dijalankan, akibatnya jiwa pasien melayang. Memiliki
pengetahuan teoritis semata belumlah cukup untuk menjadi perawat anestesi yang
baik. Pengetahuan tersebut harus didukung oleh sikap mental dan keterampilan yang
baik pula.
Persiapan sarana (alat dan obat)
Persiapan ini meliputi persiapan
obat-obat anestesia, obat pendukung anestesia dan obat
resusiatasi. Adapun peralatan yang
disiapkan adalah :
- mesin anestesi
- set intubasi termasuk bag and mask (ambubag)
- alat pemantau tanda vital
- alat/bahan untuk antisepsis (kalau menggunakan anestesi regional)
- set intubasi termasuk bag and mask (ambubag)
- alat pemantau tanda vital
- alat/bahan untuk antisepsis (kalau menggunakan anestesi regional)
alat penunjang :
o alat pengisap (suction)
o sandaran infus
o sandaran tangan
o bantal
o tali pengikat tangan
o anesthesia pin screen / boug
o alat pengisap (suction)
o sandaran infus
o sandaran tangan
o bantal
o tali pengikat tangan
o anesthesia pin screen / boug
Sarana Obat meliputi :
- obat anestesi :
o obat premedikasi
o obat induksi
o obat anestesi volatil / abar
o obat premedikasi
o obat induksi
o obat anestesi volatil / abar
- obat resusitasi penunjang anestesi
:
o pelumpuh otot
o anti dot
o hemostatika
o obat lain sesuai dengan jenis
operasi
PERSIAPAN PASIEN
Persiapan pasien dapat dilakukan
mulai di ruang perawatan (bangsal), dari rumah pasien ataupun dari ruang
penerimaan pasien di kamar operasi. Bergantung dengan berat ringannya tindakan
pembedahan yang akan dijalankan serta kondisi pasien.
Pasien dengan operasi elektif
sebaiknya telah diperiksa dan dipersiapkan oleh petugas anestesi pada H-2 hari
pelaksanaan pembedahan. Sedangkan pasien operasi darurat, persiapannya lebih
singkat lagi. Mungkin beberapa jam sebelum dilaksanakan pembedahan.
Pasien dianamnesa tentang penyakit
yang dia derita, penyakit penyerta, penyakit herediter, pengobatan yang sedang
dia jalani, riwayat alergi, kebiasaan hidup (olahraga, merokok, minum alkohol
dll). Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
(laboratorium dan radiologi).
Perlu pula dianamnesa riwayat
pembedahan, pembiusan serta komplikasi yang dialami pasien. Berapa lama dia
menjalani perawatan. Misal, pasien yang pernah menjalani operasi pengangkatan
nevus tapi pasca operasinya dirawat di ruang rawat intensif (ICU), maka petugas
anestesi harus waspada. Pasien ini memiliki masalah yang serius.
PERSIAPAN PEMBEDAHAN
Secara umum, persiapan pembedahan
antara lain :
1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT.
2. Pengosongan kandung kemih.
1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT.
2. Pengosongan kandung kemih.
3. Informed consent (Surat izin
operasi dan anestesi).
4. Pemeriksaan fisik ulang
5. Pelepasan kosmetik, gigi palsu,
lensa kontak dan asesori lainnya.
6. Premedikasi secara intramuskular
½ - 1 jam menjelang operasi atau secara intravena jika diberikan beberapa menit
sebelum operasi.
Lama puasa pada orang dewasa
kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop ASI). Pada operasi
darurat, pasien tidak puasa, maka dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi
lambung.
Persiapan operasi harus optimal dan
sempurna walaupun waktu yang tersedia amat
sempit. Keberhasilan anestesi sangat
ditentukan oleh kunjungan pra anestesi.
KUNJUNGAN PRA ANESTESI
Kunjungan (visite) pra anestesi
bertujuan :
1. Mengetahui riwayat penyakit bedah
dan penyakit penyerta, riwayat penyakit
sekarang dan penyakit dahulu.
2. Mengenal dan menjalin hubungan dengan pasien.
3. Menyiapkan fisik dan mental pasien secara umum (optimalisasi keadaan umum).
4. Merencanakan obat dan teknik anestesi yang sesuai.
5. Merancang perawatan pasca anestesi.
6. Memprediksi komplikasi yang mungkin terjadi.
7. Memperhitungkan bahaya dan komplikasi.
8. Menentukan status ASA pasien.
2. Mengenal dan menjalin hubungan dengan pasien.
3. Menyiapkan fisik dan mental pasien secara umum (optimalisasi keadaan umum).
4. Merencanakan obat dan teknik anestesi yang sesuai.
5. Merancang perawatan pasca anestesi.
6. Memprediksi komplikasi yang mungkin terjadi.
7. Memperhitungkan bahaya dan komplikasi.
8. Menentukan status ASA pasien.
Secara umum, tujuan kunjungan pra
anestesi adalah menekan mobiditas dan mortalitas.
ANAMNESIS
Dalam anamnesis, dilakukan :
1. Identifikasi pasien
2. Riwayat penyakit, riwayat
penggunaan obat, riwayat alergi.
3. Riwayat anestesi dan pembedahan
yang lalu.
Ketika pasien menyatakan alergi
terhadap suatu obat/zat, maka petugas anestesi perlu mengkonfirmasi apakah
kejadian tersebut betul-betul alergi ataukah hanya rasa tidak enak setelah
penggunaan obat tersebut.
Alergi perlu diwaspadai karena
alergi dapat menimbulkan bahaya besar seperti syok
anafilaktik dan edema angioneurotik.
Narkotika dan psikotropika (terutama
sedatif) saat ini sudah sering disalahgunakan oleh masyarakat awam. Hal ini
perlu diwaspadai oleh petugas anestesi. Oleh karena itu, dalam anamnesis,
petugas harus mampu memperoleh keterangan yang jujur dari pasien.
Pada pasien dengan operasi darurat,
mungkin di Instalasi Gawat Darurat dia telah mendapatkan narkotika dan sedatif,
namun petugas di IGD terlupa menuliskan di buku rekam medis pasien. Agar tidak
terjadi pemberian yang tumpang tindih, sebaiknya petugas anestesi juga
menanyakan hal tersebut kepada petugas IGD
PEMERIKSAAN FISIK DAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik pada prinsipnya dilakukan
terhadap organ dan bagian tubuh seperti :
1. Keadaan umum : berat badan, tinggi badan, tanda-tanda vital.
2. Status gizi : obesitas, kaheksia
1. Keadaan umum : berat badan, tinggi badan, tanda-tanda vital.
2. Status gizi : obesitas, kaheksia
3. Status psikis
4. Sistemik :
a. Kepala leher :
i. Mulut : bentuk lidah, derajat Mallampati
ii. Gigi geligi : gigi palsu, gigi goyah
iii. Mandibula : bentuk mandibula.
iv. Hidung : tes patensi lubang hidung, obstruksi.
v. Leher : bentuk leher (kesan : pendek / kaku), penyakit di leher (sikatrik, struma, tumor)
i. Mulut : bentuk lidah, derajat Mallampati
ii. Gigi geligi : gigi palsu, gigi goyah
iii. Mandibula : bentuk mandibula.
iv. Hidung : tes patensi lubang hidung, obstruksi.
v. Leher : bentuk leher (kesan : pendek / kaku), penyakit di leher (sikatrik, struma, tumor)
yang akan menyulitkan intubasi.
vi. Asesori : lensa kontak.
b. Toraks (Jantung dan paru) : tanda-tanda penyakit pernapasan dan sirkulasi
c. Abdomen : sirosis, kembung
d.
Ekstremitas : melihat bentuk vena, tanda-tanda edema.
e.Tulang belakang
/vertebra : jika akan dilakukan anestesi subarakhonoid ataupun epidural. Apakah ada skoliosis, athrosis,
infeksi kulit di punggung ?
f.
Sistem persarafan.
Abdomen yang kembung bisa disebabkan
oleh udara atau cairan (sirosis). Kembung pada bayi akan berakibat fatal karena
bayi akan kesulitan untuk bernapas. Sehingga perlu penatalaksanaan pra bedah
terhadap bayi yang kembung.
Jantung harus diperiksa secara teliti,
apakah terdapat penyakit jantung ? Jika ada, apakah masih dalam fase kompensasi
atau dekompensasi ? Jantung yang dalam fase kompensasi, masih relatif aman
untuk dianestesi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang terdiri dari
periksaan laboratorium dan radiologi. Pemeriksaan
laboratorium terbagi menjadi
pemeriksaan rutin dan khusus.
Data laboratorium yang harus
diketahui diantaranya :
- hemoglobin (minimal 8% untuk bedah elektif)
- leukosit
- hitung jenis
- golongan darah
- clotting time dan bleeding time
- Atas indikasi dilakukan skrining : HBSAg
- hemoglobin (minimal 8% untuk bedah elektif)
- leukosit
- hitung jenis
- golongan darah
- clotting time dan bleeding time
- Atas indikasi dilakukan skrining : HBSAg
- Jika usia > 40 tahun, perlu
diperiksa elektrolit (terutama natrium dan kalium),
ureum, kreatinin.
- Urinalisis : tes reduksi, tes
sedimen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar